Petilasan Pamoksan Sri Aji jayabaya |
Jejak Raja Peramal di Menang Pagu ini menceritakan banyak
hal. Tiga fase perjalanan Sang Prabu menuju moksa.
Petilasan Sri
Ajijayabaya merupakan destinasi yang sarat makna histori. Di situs budaya ini,
anda akan diajak untuk mengenang kebesaran Sang Prabu yang dikenal dengan
ramalannya “Jongko Joyoboyo” ini. Destinasi utama di situs ini adalah tiga loka
yang menjadi fase moksa (menghilangnya) Sri Aji Jayabaya.
Petilasan ini terletak 6 Km sebelah utara Simpang Lima Gumul, Kabupaten Kediri. Tepatnya, di Desa Menang, Kecamatan Pagu. Di Simpang Lima Gumul, ikuti jalur ke utara. Banyak rambu yang menunjukkan arah menuju ke Petilasan Sri Aji Jayabaya.
Di gerbang masuk
Pamuksan Sri Aji Joyoboyo ada tulisan berbunyi “Mustika Pamenang, Petilasan
Sang Prabu Sri Adji Djojobojo”.
Setelah memasuki pintu
gerbang masuk Pamuksan Sri Aji Jayabaya, terdapat sebuah pendopo. Ada sebuah
tengara yang menceritakan tentang pemugaran situs Pamuksan Sri Aji Joyoboyo ini
oleh Keluarga Besar Hondodento dari Yogyakarta.
Mahkota Sri Aji Jayabaya |
Mulanya, situs
Petilasan Sri Aji Jayabaya ini hanya berbentuk sebuah gundukan tanah. Sampai
suatu saat, di tahun 1860, seorang penduduk Desa Menang bernama Warsodikromo
bermimpi bahwa di area gundukan tanah itu pernah hidup seorang raja Kediri yang
bernama Jayabaya. Warga meyakini, jika inilah tempat moksa (menghilangnya) Sang
Prabu. Maka, mulai diberi bangunan sebagai penanda. Karena itu, petilasan ini
juga disebut pamoksan Sri Aji Jayabaya.
Pemugaran situs
Petilasan Sri Aji Jayabaya yang memiliki luas 1.650 meter persegi ini dilakukan
oleh Keluarga Besar Hondodento pada 22 Februari 1975 dan diresmikan pada 17
April 1976.
Bangunan di tengah
situs inilah yang dipercaya sebagai tempat moksa Sang Prabu. Tiga loka
mewakili fase moksa Jayabaya. Loka Makuta berarti tempat pelepasan mahkota
raja, Loka Busana adalah tempat singgah busana Sang Prabu, dan Loka Moksa merupakan
tempat muksa atau hilangnya Jayabaya bersama jasadnya.
Loka Busana terletak
di samping Loka Moksa dengan ornamen indah. Loka Makuta justru terletak
terpisah di belakang Pamuksan Sri Aji Joyoboyo dengan bentuk mahkota raja
di bagian tengahnya.
Petilasan Sri Aji Jayabaya |
Loka Moksa di tengah
situs menjadi bangunan utama di Petilasan Jayabaya. Tiga buah pintu di Loka
Moksa melambangkan tiga tahap kehidupan manusia yang dimulai dari lahir, dewasa
lalu mati. Terdapat lingga dan yoni yang menyatu dengan sebuah batu bulat berlubang.
Bahkan, konon jiwa
Sang Raja masih berada di tempat itu. Tak heran, jika di pamoksan ini banyak
orang dari berbagai kota ditemui melakukan tirakat untuk mengalap berkah.
Memiliki memiliki keyakinan pamoksan ini memiliki tuah. Bahkan, pada satu syuro
juga dilakukan ritual Kirab Agung Jayabaya.
Sri Aji Jayabaya
adalah Raja Kediri yang memerintah antara 1135-1157. Ia berhasil menyatukan
kembali Jenggala yang dipisahkan oleh Airlangga, Raja Kahuripan, pada 1042 saat
Airlangga turun tahta dan menjadi pendeta dengan gelar Resi Aji Paduka Mpungku
Sang Pinaka Catraning Bhuwana (Prasasti Gandhakuti, 1042).
Sri Aji Jayabaya
terkenal dengan kitab “Jongko Joyoboyo” yang berisi ramalan-ramalan kejadian di
Pulau Jawa sejak jaman Aji Saka sampai sampai datangnya hari kiamat. Naskah
yang didalamnya berisi “Ramalan Joyoboyo” diantaranya adalah Serat Jayabaya
Musarar dan Serat Pranitiwakya. Jayabaya turun takhta pada usia tua dan
dipercayai moksa dimana Pamuksan Sri Aji Joyoboyo kini berada.
Jeng Asih, Ratu
Pembuka Aura dari Gunung Muria
Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika
Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 –
08122908585
Tidak ada komentar:
Posting Komentar